2017-07-12 12.04.14

ℹPERSIAPAN KEBERANGKATAN.

Ziarah dan malamang merupakan salah satu tradisi yang di lakukan oleh Guru kami Buya Mata Air ketika ziarah ke makam Syekh Abdurrauf Singkil yang bermakam di Desa Kilangan, Singkil, Aceh Selatan. Tradisi ini di lakukan secara besar-besaran yang mana Buya Mata Air juga membawa/mengajak Tuangku-tuangku (Ulama) murid beliau yang mencapai 120 mobil dan jumlah jemaah nya lebih kurang 1500 orang. Rombongan Buya Mata Air ini membawa langsung keperluan dan peralatan untuk ziarah seperti keperluaan Malamang dan makan bersama.

Peralatan Malamang yang di bawa seperti Buluh (Talang), Daun pisang muda, Kelapa, Beras pulut, kayu api serta peralatan memasak lain nya seperti Dandang (dendang), kompor gas minyak tanah, dll untuk keperluan makan bersama baik selama perjalanan maupun setelah sampai disana. Perjalanan dari Pariaman, Sumbar ke Singkil memakan waktu perjalanan 2 hari semalam dan selama perjalanan semua jemaah di pimpin langsung oleh Guru kami Buya Mata Air termasuk memasak bersama di perjalanan, semua jemaah bekerjasama memasak ketika di perintahkan berhenti untuk memasak, makan berasama maupun istirahat bersama. Inilah momen yang paling membekas di hati tiap-tiap murid-murid beliau (Buya Mata Air) kedekatan dan ke akraban seorang guru dengan murid-murid nya. Walau pun perjalan yang di tempuh cukup jauh namun hati para murid-murid beliau terasa lapang dan nyaman karena ini lah tujuan ziarah tadi yaitu mengharap kebersamaan dengan guru ( dunia dan akhirat) dan beserta Nabi di akhirat nanti.

Perjalanan ziarah ini memakan waktu 7 hari mulai dari berangkat, kegiatan di singkil (ziarah dan Malaang) sampai pulang.

ℹ MALAMANG

Malamang

*ilustrasi Malamang

Malamang2

*ilustrasi Malamang.

Setelah tiba di desa kilangan, singkil (Makam Syekh Abdurrauf Singkil) di hari ke 3 nya kira-kira jam 7 pagi, Buya Mata Air memerintahkan jemaahnya untuk memulai memasak Lamang lebih kurang sebanyak 10.000 batang Lamang dan sekitar jam 5 sore masyarakat disana juga berduyun-duyun berdatangan memyambut peziarah dengan sangat baik dan ramah sambil menyaksikan proses pembuatan lamang tadi dan memang telah di sengaja oleh Buya Mata Air untuk masak Lamang sebagai buah tangan dari jemaah untuk warga desa kilangan, singkil. Keramahan masyarakat disana sangat terlihat dengan jumlah masyarakat yang datang sangat fantastis (keramaian disana seperti pasar malam).

Kegiatan malamang ini di lakukan juga di hari selanjutnya (hari ke 4) dengan memasak lamang sebanyak seperti sebelumnya (10.000 btg) dan masyarakat yang datang malah makin fantastis dari hari sebelumnya (ke 3).

ℹ PERJALANAN PULANG

Di hari ke 5 semua jemaah/peziarah yang di pimpin Buya Mata Air kembali pulang ke Pariaman, Sumbar yang memakan waktu 2 hari semalam.

Kegiatan ziarah dan malamang telah di lakukan oleh Buya Mata Air sejak tahun 1987 hingga beliau Berpulang ke Rahmatullah. Tetapi para murid-murid beliau tetap melanjutkan apa yang telah di lakukan oleh Buya Mata Air.

Kegiatan ziarah ini sempat terhenti sementara karena adanya Agresi Militer di Aceh (GAM) dan setelah Agresi Militer ini selesai maka proses ziarah kembali di lakukan oleh para ulama-ulama dari Sumbar, Riau, Jambi dan daerah lain baik murid-murid dari Buya Mata Air maupun jemaah lain.

ℹ NAMUN SEKARANG…!!!!!!

Ziarah dan malamang bersama ini sudah mulai pudar dan jarang terlihat lagi karena sekarang ziarah di pimpin oleh Guru/Tuangku masing-masing dan bukan oleh yang Maha Guru Buya Mata Air lagi. Ditambah lagi dengan isu yang berkembang di antara sebagian kecil murid Buya Mata Air ada yang mengatakan bahwa Syekh Abdurrauf Singkil pindah. Jadi isu atau opini yang tidak masuk akal ini menimbulkan banyak pertanyaan, di antara nya:

1. Kemana dia pindah?

2. Kenapa dia pindah?

Dari isu yang entah berantah ini jelas terlihat kesombongan dari si penebar isu, seolah-olah Syekh Abdurrauf Singkil mintak izin ke padanya kalau pindah atau sekurang-kurang nya melapor.

Kemudian efek dari rumor atau isu palsu ini menimbulkan ragu (SA’) bagi para peziarah lain yang akan ziarah ke singkil. Tetapi terlepas dari isu tersebut kenyataan nya malah sebaliknya, orang-orang atau peziarah malah makin banyak berdatangan untuk melepas Nazar (niat) nya disana, Karena “Ulama itu adalah obat bagi manusia”.

Yang awalnya di ramaikan oleh Buya Mata Air dan murid-murid nya, sekarang sudah banyak peziarah yang lain datang dari berbagai Nusantara ke singkil baik siang maupun malam, dan fasilitas tempat disana memang telah sengaja di bangun oleh Buya Mata Air dulu nya dan terus di lakukan perombakan sampai saat ini hingga bisa menampung jemaah sebanyak lebih kurang 1500 orang.

Sebagaimana hadis dari Anas bin Malik, Nabi berkata;

“Siapa-siapa yang menziarahi ulama (ulama pewaris nabi) berarti telah menziarahi ku, siapa-siapa yang menziarahi ku wajib baginya syafaat dan ada baginya tiap langkah upah syahid”.

Dengan dasar kecintaan kepada ulama dan Nabi inilah, Syekh Abdurrauf singkil di ziarahi oleh umat islam dari berbagai Nusantara sampai saat ini.